Filosofi canang sari dan kain poleng di Bali

Baca Juga

Canang Sari
wisataunikbali.com

Canang sari dan Kain poleng 

Filosofi Canang Sari dan Kain Poleng-Pada umunya  berbentuk segi empat yang terbuat dari daun kelapa muda (janur) dan dilengkapi dengan bunga, canang sari atau canang adalah hal yang pertama kali kamu lihat di Bali. Suguhan yang setiap hari akan dilihat dan terdapat di setiap tempat seperti di pura, di jalan, di pantai atau di meja kasir pada toko atau hotel. Canang ini terdiri dari beberapa macam warna bunga dan di atasnya berisi dupa harum . Saat tertentu berisi beberapa sajian tambahan seperti kue atau beberapa jenis hidangan lain bagi yang memiliki warung makan. 

Kata canang bersumber dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua kata  “ca” berarti indah dan  “nang” berarti “tujuan”. jadi, canang dapat diartikan sebagai wadah yang memiliki tujuan yang indah atau baik.

Canang sari terbuat dari dua komponen - canang adalah daun kelapa muda yang di anyam, sedangkan sari adalah intinya. Masing-masing elemen pada canang sari memiliki arti  peporosan atau inti material yang terdiri dari daun sirih, gambir, kapur, tembakau, dan buah pinang yang merepresentasikan tiga dewa Hindu  : Brahma (gambir), Vishnu (buah pinang atau daun sirih), and Shiva (kapur). Ketiganya disebutTri Murti, atau disimbolkan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur. Nampan yang digunakan sebagai alasnya disebut ceper yang terbuat dari daun kelapa muda dan simbol dari  Ardha Candra ( bumi dan bulan). Raka-raka (beberapa jenis buah) ditambahkan dan di atasnya berisi  sampian urasari (dekorasi dari daun kelapa muda)sebagai simbol dari bintang.

Empat warna bunga yang berbeda tidak hanya melambangkan empat penjuru mata angin yaitu timur, barat, utara dan selatan tetapi melambangkan hubungan dengan Tuhan. Vishnu disimbolkan dengan warna biru atau hijau, bunga putih disebelah timur sebagai simbol Isawara, dan di sebelah selatan dengan bunga merah sebagai simbol dari Brahma, dan warna kuning disebelah barat sebagai simbol dari Mahadewa. Persembahan dilengkapi dengan uang kepeng (koin cina jaman dulu) atau uang kertas di atasnya. dan sedikit percikan air suci atau disebut tirta di atasnya.

Canang sari adalah bentuk dari Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sebagai tempat kita meminta kedamaian dan berkat. Filosofi dari canang sari adalah sebagai wujud pengorbanan dan rasa syukur karena kita menyediakannya setiap hari.

Untuk wanita bali, sudah menjadi ketentuan untuk bisa membuat canang sari yang disebut ("mejejaitan")  sebab membuat persembahan adalah sama pentingnya dengan memasak, merawat anak dan membersihkan rumah. Meskipun tradisi ini perlahan  berubah pada jaman modern ini dimana orang-orang dapat dengan mudah membeli canang sari yang sudah jadi di pasar tradisonal atau di pinggir jalan meskipun tidak mengurangi makna yang terkandung di dalam canang sari tersebut.


Kain Poleng in temple,
wisataunikbali.com

Kain poleng

Simbol lain yang sering kita lihat di Bali adalah kain poleng, kombinasi warna hitam dan putih yang sering kita lihat sebagai pembungkus pohon, patung, pura bahkan kulkul (alat komunikasi tradisional masyarakat Bali)

Kain poleng selalu dikonotasikan negatif bagi pengunjung di Bali karena diyakini bahwa terdapat roh pada benda yang dibungkus kainnya meskipun belum tentu sepenuhnya benar. Dalam budaya Bali, kain poleng adalah simbol "Rwa Bhineda" yang melambangkan keseimbangan pada dualitas yang berbeda. Berasal dari kata "Rwa" yang berarti dua dan "Bhineda" yang berarti berbeda sedangkan kain poleng sebagai representasi terhadap dua hal yang berbeda yang harus dijaga keseimbangannya. 

Orang Bali percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini baik itu makrokosmos ataupun mikrokosmos memiliki hal yang berbeda yang patut dijaga keseimbangannya layaknya siang dan malam, kebahagiaan dan kesedihan, laki dan perempuan, ada dunia sekala (dunia nyata) dan dunia niskala ( dunia maya). Agar menjadi harmonis, dualitas inilah yang harus dijaga keseimbangannya.  

Menjaga keseimbangan alam juga dapat dikaitkan dengan kain poleng ini, karena pada jaman modern ini sungguh sangat langka ditemukan pohon besar sebagai penyuplai oksigen bagi manusia, memang ada makhluk atau roh yang tidak kita lihat karena telah disebutkan ada sekala niskala, maka dengan saput poleng yang dibungkuskan di pohon, menjadi sarana sebagai alarm untuk menjaga pohon itu jangan sampai ditebang yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen bagi kita. Dilain hal, ada makhluk yang tak terlihat yang juga ingin memiliki tempat untuk berdampingan dengan kita. keseimbangan yang kita bangun, kita punya tempat tinggal, mereka juga punya tempat tinggal, tidak ada keserakahaan pada diri manusia yang menganggap bahwa apa yang ada di bumi ini adalah milik manusia semua. Kalau kita mengabaikan keseimbangan, alampun akan membalas juga terhadap manusia.


Filosofi kain poleng sama dengan filosofi konghuchu dengan Yin dan Yangnya yang melambangkan dimana ada warna putih, akan ada warna hitam, serta ukuran dan bentuk warna hitam dan putih dalam simbol Yin dan Yang harus sama. Kain poleng juga melambangkan  konsep ini dengan sempurna. Warna hitam melambangkan sifat jelek,buruk, gelap, sedangkan warna putih melambangkan sifat baik, atau cahaya. 

Kain poleng sebagai pengingat untuk kita untuk senantiasa menjaga keseimbangan dualitas yang ada di dunia ini. Jadi kalau kamu berkunjung ke Bali dan melihat pohon atau patung yang dibungkus kain poleng, jadikan sebagai pengingat untuk diri sendiri untuk selalu menjaga keseimbangan dualitas yang ada, karena seimbang itu yang penting. 

Previous
Next Post »
Thanks for your comment